Selasa, 08 Maret 2011

MERATAPI NASIB PARA PETANI INDONESIA

Menjadi babu di rumah sendiri, mungkin itulah slogan yang tepat untuk para petani di Negara kita Indonesia. Nasib para petani yang semakin hari semakin suram tertutup oleh berbagai persoalan Negara yang seolah tak ada hentinya. Mulai dari politik sampai pada kasus-kasus para selebritis. Seolah tak ada lagi harganya, para petani kita yang setiap hari menguras tenaga untuk memperoleh penghidupan layak belum mendapat perhatian serius dari pemerintah.
                Profesi petani menjadi profesi  kaum duwafa di Negara ini. Tidak banyak yang berminat menekuni profesi ini, karena memang pendapatan yang dihasilkan sangant jauh untuk memenuhi kebutuhan hidup. Gemah ripah loh jinawi, seakan merupakan selogan kuno yang tak berharga lagi. Tanah-tanah luas dirubah menjadi apartement, mol, dan industry. Sanagt sedikit sekali yang menggunakan tanahnya sebagai tempat budidaya tanaman. Semua trend ini menyebabkan pasokan pangan mejadi tidak terpenuhi lagi, mulai dari beras, kedelai, semuanya harus di impor dari luar negeri, menguras pendapatan Negara. Tapi masih saja tidak ada pihak pemerintah yang berani mengambil keputusan yang jelas untuk menuntaskan masalah ini. Semua hanya kata-kata tanpa adanya suatu fakta.
                Negara kita merupakan Negara yang kaya akan suber daya alamnya, bahkan jika diperestasikan 80% dari wilayah Negara kita merupakan wilayah yang sangat berpotensi untuk digunakan sebagai lahan budidaya tanaman. Namun sayangnya tidak ada yang berminat untuk melakukannya, banyak para investor yang memilih menanam saham di sebuah industry daripada menanam sebuah tanaman pangan. Jika terus seperti ini maka tidak banyak yang dapat dilakukan oleh para petani kita selain terus menengadah meminta sebuah kebijakan untuk memprdulikannya.
                Harga-harga bahan sandang dan pangan sangat melonjak tinggi namun harga local yang diberikan oleh pemerintah pada para petani kita justru semakin menurun. Sangat disayangkan jika hal ini terus berlanjut maka sebuah swasembada hanyalah sebuah impian belaka di Negara kita. Butuh keberanian pemerintah untuk mewujudkannya, hanya komitment bersama akan kesadaran berbangsa dan bernegara yang bisa merubahnya. Siapa lagi yang akan merubahnya jika bukan kita sebagai generasi bangsa.
                

Tidak ada komentar: